PURWOKERTO - Terbitnya Perda Jawa Tengah Nomor 17 Tahun 2012 tentang Bahasa dan Sastra Jawa memberi jalan bagi perkembangan dan kelestarian budaya. Pemerintah Daerah kini tengah bersiap untuk mengimplementasikan Perda ini dalam tatanan pemerintahan dan masyarakatnya. Berpijak pada hal tersebut, Yayasan Carablaka Banyumas pimpinan budayawan Ahmad Tohari bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Universitas Jenderal Soedirman sebagai institusi yang telah berkomitmen terhadap budaya dan kearifan lokal melenggarakan sarasehan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut, Selasa (8/1) bertempat di Hall LPPM kampus setempat.
Panitia kegiatan, Dr. Rawuh Edi Prayitno mengatakan, kegiatan ini berawal dari keprihatinan bersama dimana bahasa lokal jarang sekali digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga lambat laun hilang. Dengan menghadirkan Prof. Eko Budiardjo (Mantan Rektor UNDIP), Ahmad Tohari (Budayawan Banyumas), dan Yudi Hartono (FISIP UI, Asal Banyumas) acara saresehan budaya ini dihadiri oleh Wakil Bupati Banjarnegara, dan para pejabat daerah se-Barlingmascakeb. Hadir pula pengamat budaya dari Jakarta dan mantan Kapolda Maluku, Bambang Sutrisno. Sedianya sarasehan ini juga menghadirkan Prof. Rubijanto Misman (Mantan Rektor UNSOED) sebagai pembicara, namun berhalangan hadir karena ada undangan dinas di Jakarta.
Rektor UNSOED Prof. Edy Yuwono, Ph.D hadir dan membuka secara langsung acara ini. "Budaya tidak sebatas kesenian, akan tetapi lebih luas meliputi segala aspek kehidupan", demikian ungkap Rektor. "UNSOED adalah suatu lembaga yang percaya bahwa modernisasi tidaklah harus meninggalkan kearifan lokal. Kemajuan IPTEK tanpa kearifan lokal akan menghasilkan manusia cerdas yang miskin empati", lanjutnya. Rektor pada kesempatan ini juga menegaskan komitmen UNSOED terhadap kelestarian budaya dan kearifan lokal salah satunya melalui pusat penelitian budaya daerah dan pariwisata LPPM UNSOED.
Prof. Eko Budiardjo yang didaulat menjadi pembicara pertama dalam kesempatan ini. Sesekali diselingi puisi, Prof. Eko mengungkapkan betapa pentingnya keteladanan dalam pelestarian budaya dan kearifan lokal. Sebelumnya, Wakil Bupati Banjarnegara, Drs. H. Hadi Supeno, Msi juga menyampaikan orasi budaya dan tekad banjarnegara untuk 'nguri-uri' budaya dan kearifan lokal. "Banjarnegara tengah menggodok rancangan agar salah satu hari dalam seminggu harus menggunakan bahasa daerah", demikian ungkap Hadi Supeno diiringi riuh tepuk tangan hadirin. Hadi Supeno memang dikenal sebagai akademisi, mantan wartawan, budayawan, pemerhati anak, bahkan seorang dalang.
Sarasehan ini berjalan gayeng hingga usai. Ahmad Tohari memberikan warna dalam sarasehan budaya dalam kemasan yang menarik. Budayawan yang sering mendapat julukan ‘Ramane Rasus’ ini dengan percaya diri mengajak agar tidak malu ngomong Bahasa Banyumasan. “Bahasa Banyumas itu indah kok. Buktinya editor Spanyol yang menerjemahkan novel saya Ronggeng Dukuh Paruk mengakui keindahan syair Banyumasan dalam salah satu bagian novel!” cetusnya seraya menyitir salah satu syair Banyumasan dalam novel legendarisnya. (mujipras).
suarajateng.com