BANYUMAS (SJ) – Sebanyak 22 jurnalis muda dari wilayah eks Karesidenan Banyumas mendeklarasikan berdirinya Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Persiapan Purwokerto, di Hotel Aston Imperium, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah , Sabtu (26/1). Deklarasi dihadiri sekjen AJI, Suharjono, dihadiri oleh unsur birokrasi, akademisi, pers, juga dihadiri pengurus AJI Indonesia dan AJI Kota Yogyakarta selaku pendamping AJI Kota Persiapan Purwokerto.
Menurut panitia, Gregorius Magnus Finesso, deklarasi jug dibarengi dengan Seminar New Media "Media Online, Pertumbuhan Pengakses, Bisnis dan Problem Etika". Wartawan dari media Kompas yang akrab disapa Alfin itu menambahkan, AJI di Purwokerto yang mencakup kawasan Jateng selatan dinilai sangat mendesak untuk mengawal praktik jurnalistik yang bertanggungjawab dan kemerdekaan pers di wilayah tersebut.
Sementara, ketua AJI Kota Persiapan Purwokerto, Aris Andrianto, menyatakan, dalam deklarasi ini, anggota AJI menyatakan penolakan terhadap segala bentuk pelanggaran kebebasan berpendapat dan hak memperoleh informasi, kekerasan dan kriminalisasi pada jurnalis, serta amplop atau suap ke jurnalis. "Kami siap menegakkan kode etik jurnalis dan berpihak pada kepentingan publik," tegas wartawan Tempo wilayah Purwokerto ini saat membacakan deklarasi.
Status AJI Kota Purwokerto masih persiapan karena menunggu pengesahan pada kongres AJI Indonesia. Anggota AJI kota ini merupakan jurnalis yang bekerja di sejumlah kota sekitar eks karesidenan Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Setelah menunggu tiga tahun, akhirnya organisasi profesi ini dideklarasikan. Maka boleh dikata hal tersebut adalah bersejarah, yang diharapkan mengembangkan dunia jurnalistik di Jateng bagian tengah-selatan.
Seminar New Media berbasis Internet
Pada seminar "Media Online, Pertumbuhan Pengakses, Bisnis dan Problem Etika" panitia menghadirkan empat nara sumber yakni : Suwarjono (managing editor VIVA.co.id), Heru Margianto, (senior editor Kompas.com), Marto Widiarto (Combine Yogyakarta) dan Edy Santoso (dosen FISIP UNSOED). Keempat pembicara sepakat pada kesimpulan bahwa meluasnya pemakaian teknologi digital sebagai pengantar informasi telah membuka jalan bagi Indonesia memasuki era New Media. Sejumlah grup industri media besar nasional secara strategis telah menyiapkan langkah konvergensi isi melalui dunia digital. Internet menjadi teknologi konvergensi yang menyatukan berbagai platform media dalam satu bentuk baru media.
Ada dua karakter ” baru” dari media yang bertumbuh lewat internet itu. Pertama, kecenderungannya menyajikan peristiwa secara cepat dan dihadirkan lewat beragam platform sekaligus, dari video, suara dan teks. Kedua, melalui teknologi digital, pesan atau informasi menyebar secara horisontal, dari satu pengguna ke satu komunitas, atau sebaliknya. Misalnya, kemunculan YouTube dengan tagline yang provokatif “Broadcast Yourself”, aplikasi jejaring sosial berbasis video, membuat berbagai peristiwa penting dikirim oleh individu dan dengan sekejap informasi bergambar itu bisa diakses secara global. Pendek kata, internet telah mengubah cara produksi dan distribusi informasi.
Namun Edy Santoso dari UNSOED selain memuji kecepatan dan keampuhan media online yang dapat menyuguhkan berbagai sumber informasi dalam berbagai versi tampilan seperti audio, video, atau sekedar yang berbasis teks interaktif, juga mengkhawatirkan originalitas, kedalaman dan etika. Tiga faktor ini kerap dilanggar, mengingat dalam dunia maya, begitu mudahnya “main comot” berbagai sumber informasi juga etika yang kadang dilanggar melihat begitu bebasnya orang boleh berkomentar. Ini tentu tidak berlaku bagi media yang dikelola secara profesional. (SJ).
suarajateng.com