Menyaksikan pentas wayang dengan dalang Sungsang Buwana Jalu Pamungkas, dalang cilik siswa SMP Negeri 1 Banjarnegara sungguh mengagumkan. Pentas dengan panggung yang ditata secara professional itu, mendapat apresiasi cukup dari para penonton. Jalu, demikian panggilan akrabnya, memperoleh kepercayaan sekolah untuk mementaskan wayang kulit dalam rangka untuk menyemarakkan kegiatan rutin tahunan berupa “Gelar Seni” di halaman sekolah itu, beberapa waktu lalu.
Dalam penampilannya kemarin. Jalu sudah tidak seperti siswa yang sedang berlatih mendalang, tetapi benar-benar kelihatan seperti dalang beneran. Hal itu terlihat ketika sedang menyampaikan Antawecana atau dialog, begitu pula dalam sabetan setiap tokoh wayang yang dimainkan.
Ukuran kelir yang standar, didukung dengan karawitan “Jaman” group yang enak dinikmati iramanya serta ditayangkan langsung lewat TV monitar, menambah semaraknya suasana, sehingga penonton merasa leluasa menikmati sajian yang baru pertama kali di selenggarakan di sekolah itu.
Siswa yang kini masih duduk di bangku kelas VIII itu menyajikan gelarannya dalam tiga adegan. Adegan pertama, Jalu menggambarkan adanya sebuah pertemuan dari keluarga Pandawa di Istana Prinnggondani, tentunya dengan agenda khusus yaitu menunggu saat kelahiran sang putra Bima.
Seluruh kadang wargi (saudara) yang ada di bangsal menarik nafas panjang. Tak lama kemudian terdengar suara yang menggetarkan seantero Pringgondani. Tak lama kemudian datang seorang emban yang menyampaikan kabar gembira bahwasanya sang mahkota laki-laki telah lahir dalam keadaan sehat. Begitu pula dengan kondisi sang ibu.
Keluarga Pandawa yang memang sudah cukup lama menunggu, merasa bahagia setelah mendengar kabar dari salah seorang embannya. Selamat, selamat, demikian ucapan yang disampaikan kadang wargi termasuk Sri Batara Kresna kepada Aria Werkudara alias Bima atas kelahiran putranya.
Singkat kata, pergelaran dengan durasi waktu sekitar satu setengah jam itu, Jalu mengkisahkan tentang perjalanan hidup Gatutkaca mulai dari lahir hingga gugurnya nenetpi dharmaning satria.
Pada akhir pertunjukkan, Kepala SMP Negeri 1 Banjarnegara Agus Sutanto, S.Pd. M.Pd. langsung naik ke panggung untuk memberikan applause kepada Jalu sekaligus memberikan plakat berlogo SMP Negeri 1 Banjarnegara sebagai kenang-kenangan.
Kali ini Jalu tidak sedang latihan mendalang, tetapi benar-benar sedang mendalang dan sudah layak untuk di jual, ucap Agus Sutanto. Kegiatan pergelaran wayang seperti ini bertujuan untuk nguri-uri budaya Jawa, katanya.
Dikatakan, dengan budaya Jawa secara tidak langsung siswa diperkenalkan masalah keindahan. Kebiasaan anak menyukai seni Jawa, rasa kesetiakanan akan muncul yang pada akhirnya akan berpengaruh pada masalah sopan santun, imbuhnya.
Disamping pentas wayang kulit, Gelar Seni SMP Negeri 1 Banjarnegara juga menyelenggarakan pameran dari masing-masing kelas serta kegiatan lainnya berupa pentas seni. SMP Negeri 1 Banjarnegara saat ini memiliki siswa sebanyak 605 yang diampu oleh 42 orang guru dengan jumlah rombel sebanyak 24. (s.bag/suarajateng)
suarajateng.com