SEMARANG - Sejak 17 Desember tahun 2012 lalu, Yeni Amalia punya gelar baru. Yayasan Duta Wisata Indonesia menetapkannya sebagai Duta Wisata Nasional. Rangkaian tugas untuk mempromosikan pariwisata Indonesia pun menantinya.
Yeni gadis kelahiran Jakarta 2 Februari 1992 lalu. Dia punya rambut hitam tergerai hingga ke punggung. Saat tersenyum, ada lekukan di pipi kanannya. Tapi, itu bukan lesung pipit.
Berkemeja batik biru, kami bertemu pada Jumat akhir Januari lalu. Lengan kanannya dihiasi gelang kayu bermotif tribal. Sore mendung berangin saat mahasiswa Akuntansi Unnes ini mencicipi juice alpokat yang kami pesan di sebuah rumah makan.
Karir Yeni berawal 2010 lalu ketika ia mengikuti pemilihan Putra-Putri Kampus (Papika) di kampusnya. Yeni yang ikut event itu karena iseng ternyata terpilih jadi juara pertama. Tahun berikutnya ia mengikuti pemilihan Denok Semarang, juga berhasil menjadi yang terbaik. Belum habis “masa jabatan” sebagai Denok, ia ikuti pemilihan Duta Wisata Jawa Tengah dan terpilih menjadi juara bersama Roy Yuzak.
Sebagai duta wisata Jawa Tengah masa tugas Yeni sebenarnya berakhir pertengahan 2012 silam. Namun, ia masih dipercaya Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah untuk berbagai event promosi pariwisata. Saat Yayasan Duta Wisata Indonesia menggelar pemilihan Duta Wisata Nasional, Yeni pula yang dikirim mewakili Jawa Tengah.
“Acara penganugerahan digelar di Bali setelah kami dikarantina selama seminggu. Selama enam hari dan mendapat pembekalan terkait kepariwisataan dan kebudayaan oleh beberapa tokoh dari berbagai bidang. Ada pula wawancara, tes tertulis, juga apresiasi seni. Waktu itu kami membawakan tarian Denok Semarang,” ungkapnya.
Dalam event ini Yeni berhasil mengungguli 17 kontestan lain. Yeni antara lain mengalahkan pasangan Gorontalo yang ada di posisi kedua dan Kalimantan Selatan di tempat ketiga. Sementara juara Persahabatan diraih Papua, juara Intelegensia disabet wakil dari Lampung dan juara Eco Safety oleh duta wisata Provinsi Bengkulu.
Mendapat gelar baru sebagai Duta Wisata Nasional tentu saja Yeni senang. Lebih-lebih, ia berhak mendapat voucher jalan-jalan ke beberapa negara ASEAN.
“Belum tahu persis. Mungkin Malaysia, Thailand, juga Singapura,” tuturnya.
Bagi Yeni, menjadi Duta Wisata Nasional adalah kesempatan berharga untuk mengenalkan wisata Jawa Tengah. Ia akan terlibat dalam sejumlah kegiatan promosi Visi Jawa Tengah 2013.
Itu pula yang dipesankan Kepala Dinas Pariwisata Jawa Tengah Prasetyo Aribowo saat menyambut Yeni sepulang dari Bali.
Keberhasilan yang diraih Yeni diharapkan bisa memaksimalkan program Visit Jateng 2013 dan membawa citra yang lebih baik di tingkat nasional. Sebab, para duta wisata juga sudah dibekali berbagai keterampilan dan pengetahuan untuk mendukung sosialisasi Visit Jateng di berbagai kegiatan.
”Kaum muda pun harus ikut terlibat dan keberhasilan duta wisata ini adalah salah satu contohnya. Bagaimanapun mereka akan mensosialisasikan Visit Jateng di level yang lebih tinggi dan mengangkat citra provinsi ini,” kata Prasetyo.
Akuntan Publik
Meski telah melanglang buana sebagai duta wisata, Yeni ternyata tak tertarik menekuni dunia entertainment sebagaimana alumni duta wisata lain. Ia juga belum berpikir menekuni modeling meski punya modal cukup untuk berkarir di bidang itu. Pehobi bersepeda ini justru mengidamkan menjadi akuntan publik.
“Prinsipnya saya ingin bekerja di bidang yang fleksibel, yang memungkinkan saya mengatur waktu sendiri untuk melakukan hal yang saya sukai. Jadi pengusaha, aku tertarik. Tapi lebih tertarik jadi akuntang public,” katanya.
Ambisi itulah yang membuat Yeni tetap aktif kuliah meski punya kesibukan seabrek. Dia menyempatkan diri hadir di kelas paling tidak 75 persen. Maka tidak heran jika Indeks Prestasi Komulatifnya cum laude: 3,7.
“Kuliah tetap jadi prioritasku. Saat ada teman-temanku milih cuti karena kesibukan ini, kuliahku harus tetap jalan.”
Bahkan, selepas lulus nanti Yeni akan segera menyiapkan diri mengikuti pendidikan profesi akuntan. Kalaupun tidak, ia akan melanjutkan untuk menempuh program magister.
Meski lahir di Jakarta, Yeni ternyata besar di Jetis, Blora. Ia menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 2 Jetis. Lalu, ia melanjutkan ke SMP Negeri 2 Blora. Petualangan akademiknya berlanjut di SMK Negeri 2 Blora sebelum berlabuh ke Universitas Negeri Semarang.
Sore beranjak dan angin berhembus lebih kencang. Rambut Yeni terhempas ketika kami memotretnya di taman kampus tempatnya kuliah. (SJ/Rahmat)
suarajateng.com